Koki Kanaya

So, this is my second children stories which published in mass media. More precisely, it published at local daily newspaper in Central Java Province; Suara Merdeka, Sunday, 8th September 2013.

Resume


This story tells about Kanaya, an overbearing fairy who win a cooking contest at the royal palace. Afterwards, she becomes a chef. However, Kanaya is expelled from palace because she did a mistake by poisoning the food inadvertently. When everyone against her, Tami, her best friend offers her to be a chef in Tami's bakery. 

Idea
I got the idea when I realize that in my aunt's house, there were a lot of foods, either purchased or received, which  is expired. The housekeeper grumbled about the householder's habit which kept foods for theirself for a long time, then forgot to eat it. Knew that, I  scared that I took the spoiled poisoning food, so I always check the expired date. 

I thought about this problem for a few days. Then one night, I couldn't bear my feeling, so I started to write this story for two hours. Haha, it proves me that negative emotions is not 100% bad, unless you can turn it into a good things :)



***
Koki Kanaya

Tami, Kanaya dan peri-peri lain sedang sibuk. Dua minggu lagi diadakan lomba memasak di kerajaan. Pemenangnya akan mendapat hadiah istimewa, menjadi koki di istana! Karena itu kini para peri di kerajaan sedang mempersiapkan diri. Mereka melatih resep-resep rahasia yang dipunya agar dapat menjadi juara.

“Lihat saja, pasti aku yang akan menang,” ucap Kanaya sombong. Peri mungil itu memang jago memasak. Di akademi istana, masakannya selalu dipuji oleh guru dan teman-temannya.

Meski begitu, Tami, sahabatnya diam saja. Ia tetap tekun berlatih tanpa memperhatikan ucapan-ucapan sombong Kanaya. Suatu ketika, Tami melihat Kanaya lalai membersihkan dapurnya.

“Lho, Kanaya, dapurmu kok tidak dibersihkan?” tanya Tami heran.

Kanaya bersungut-sungut. “Apa pedulimu? Masakan buatanku masih tetap enak meski aku tak membersihkan dapurku,” sergahnya.

Meski tinggi hati, namun ucapan Kanaya ternyata terbukti. Di hari perlombaan, ia keluar sebagai juara dalam lomba memasak.

“Nah, betul kan apa yang kubilang? Aku pasti menang!” seru Kanaya sombong. Ia tak memedulikan Tami yang hendak memberi selamat. Kanaya justru buru-buru pulang dan sibuk mempersiapkan barang-barang yang akan dibawanya ke istana.

Esoknya, Kanaya memulai hari sebagai koki istana. Ia tercengang saat melihat dapur istana yang begitu luas. Pengurus istana sudah memberinya ijin untuk menggunakan dapur itu sesukanya. Ia juga diperbolehkan memesan bahan makanan apa saja selama ia tidak lupa memasak masakan yang enak untuk Ratu Tania.

Mendengar itu, Kanaya kegirangan. Ia segera memesan bahan-bahan makanan terbaik dari penjuru negeri dan menyimpannya di gudang bahan makanan.

“Ngg.. Kanaya, apa jumlahnya tak kebanyakan?” tanya pengurus istana cemas. Ia memperhatikan gudang istana yang kini dipenuhi bermacam-macam bahan makanan.

“Tenang saja, aku pasti bisa memanfaatkannya dengan baik,” seru Kanaya yakin.

Ia meninggalkan pengurus istana dan mulai memasak dengan riang gembira. Masakan pertama yang dibuatnya adalah pancake arbei. Sebab iadengar, Ratu Tania suka sekali makanan itu.

“Wah, pancake buatanmu lezat sekali, Koki. Selai arbeinya juga segar,” puji Ratu Tania antusias saat mencicipi.

Kanaya tersenyum senang. Ia jadi makin bersemangat untuk memasak. Namun, uh-oh.. ada masalah. Entah kenapa, beberapa hari kemudian para penghuni istana terserang penyakit yang sama. Bahkan Ratu Tania pun ikut sakit perut, demam dan muntah-muntah.

“Hmm.. Ratu keracunan. Coba periksa dapur istana dan gudang bahan makanan,” perintah dokter yang memeriksa.

Kanaya ketakutan. Seingatnya, ia tak melakukan kesalahan saat memasak bagi Ratu dan para penghuni istana. Namun hasil pemeriksaan dari dokter dan pengawal istana berbeda.

“Bisa-bisanya kamu membiarkan bahan makanan bertumpuk hingga berjamur selama berhari-hari, Koki. Kebersihan dapur dan alat-alat masakmu pun tak pernah dijaga. Bagaimana kamu ini, Koki! Kamu tahu? Kini Ratu Tania sakit karena ulahmu!” bentak dokter istana.

Kanaya pucat pasi. Ia hanya bisa menunduk untuk menyembunyikan tangis. Dalam hati ia mengakui kesalahannya. Karena terlalu gembira diberi keleluasaan oleh pengurus istana, dengan ceroboh ia memesan bahan makanan apapun yang suka. Kanaya tak peduli bahan-bahan itu menumpuk berhari-hari karena sebagian bahan makanan itu toh dihabiskannya sendiri.

Untung dokter dan pengawal istana tak mengetahui rahasia kecil ini. Tapi bagaimana dengan Ratu Tania dan para penghuni istana yang terlanjur sakit? Uh, Kanaya tak berani membayangkan hukuman apa yang akan menerimanya.

Kanaya jadi teringat pada Tami. Ia menyesal tak pernah memperhatikan ucapan sahabatnya itu tiap kali ia ceroboh dan tak menjaga kebersihan dapur. Kanaya bertekad untuk meminta maaf pada Tami setelah masalah ini selesai.

Untunglah tiga hari kemudian Ratu dan para penghuni istana sudah sembuh. Meski begitu, sebagai hukumannya, Kanaya kini diusir dari istana. Ia tak menjadi koki di tempat itu lagi.

Dengan sedih Kanaya kembali ke desanya. Namun di sepanjang jalan peri-peri lain memperhatikan dan berbisik-bisik di belakangnya. Rupanya kabar tentang kecerobohan dan perintah pengusiran Kanaya sudah menyebar di desa. Kanaya jadi semakin sedih.

Esoknya Tami berkunjung ke rumahnya. Kanaya segera meminta maaf pada peri itu tentang perlakuannya yang buruk selama ini.

“Sudah, tak apa-apa Kanaya. Aku juga tak pernah dendam padamu kok,” kata Tami lembut. “Oh ya, kalau kamu mau, mungkin kamu bisa menjadi koki di tokoku. Setelah kamu pergi ke istana, aku mendirikan toko roti sendiri, tapi sekarang kami sedang kekurangan tenaga untuk membantu,” lanjutnya.

Mata Kanaya langsung berbinar-binar mendengar ajakan itu. Ia membayangkan betapa senangnya bisa memasak lagi di dapur yang cantik, dikelilingi bahan-bahan makanan terbaik.

“Ngg, tapi.. Tak apa-apa kalau aku membantu di tokomu? Bagaimana kalau nanti aku membuat masalah lagi seperti di istana?” tanya Kanaya ragu.

Tami tersenyum. “Tentu saja, kali ini kamu harus lebih menjaga kebersihan dapur dan bahan makananmu dong! Jangan sampai ada yang kadaluwarsa atau berjamur. Kalau sampai melanggar itu, akan kukeluarkan kamu dari tokoku!” jawab Tami sambil bercanda.

Kanaya tersenyum senang mendengar jawaban itu.

0 komentar:

Post a Comment

 

Meet The Author

Inez Hapsari media & public relations enthusiast | children stories writer | jazz lover | I live to the fullest to be young and in love.