Keluarga Boneka Sarung Tangan

So, this is my third children stories which published in mass media. More precisely, it published  at Bobo, Thursday, 16th January 2014. Oh, I'm  so happy at that time! Because this is my first chidlren stories which published at Bobo, hehe.

I remembered, I was reading Bobo at Gramedia Sudirman, Yogyakarta. Suddenly, I felt disappointed because I couldn't find the title of my creation in the list of "Cerita Pilihan". Then, I flipped the pages unintentionally and read, "Keluarga Boneka Sarung Tangan". Stupidly, I flipped the page once again before I started to think, "Wait a minute, why do I feel familiar with these title?" Then I read, "Keluarga Boneka Sarung Tangan, by Inez Christyastuti Hapsari."

Whoa!!! I almost yelled. I texted my father quickly and he said that he proud of me and thanks God, I didn't scream in  public space, hehe. Anyway, two things which made me really happy at that time: the gorgeous illustration and how Bobo didn't make any mistake in writing my middle name.  

Resume
This story tells about some things which disappear from home: a pair of gloves, dacron which fills bolsters and craft equipment. The householder accuse Lucy the cat as the perpetrator, but they are wrong. The perpetrator was Nita, the youngest children at home. She took away the things and equipment, brought it to Nek Prita's house, then asked her to make a doll from gloves. 


Idea
I got the idea when sock's doll became a trend in Special Region of Yogyakarta Province. Then I thought, "Ah, I had a crafting book that teaches about how to make a doll from gloves. Why I do not write a story about it?" Hehe. 


***

Keluarga Boneka Sarung Tangan


Sudah hampir pukul satu siang. Ayah terburu-buru berangkat ke kantor setelah makan siang di rumah. Ia mencari sepasang sarung tangannya di lemari. Tapi, di mana sarung tangan itu?

Rasanya aku mempunyai sepasang sarung tangan di sini,” kata Ayah bingung.

Ibu membantu Ayah mengobrak-abrik lemari untuk mencari sarung tangan itu. Belum selesai mencari, terdengar teriakan Bima.

Siapa yang merusak gulingku?” serunya dari kamar sebelah.

Ibu tergopoh-gopoh datang. Dilihatnya guling kesayangan Bima kini berlubang. Sedikit dakron yang mengisi bagian dalam guling pun menyembul keluar. Kini guling itu terlihat kempis.

Hei, siapa yang mengambil isi kotak prakarya milikku?” kini gantian Tita yang berteriak marah.

Tita mempunyai kotak kecil berisi peralatan prakarya yang isinya lengkap sekali. Ada benang wol, lem, kain flanel warna-warni, manik-manik dan mata kocak yang tersimpan rapi. Tapi kini kotak itu terlihat berantakan. Beberapa isinya menghilang.

Lucy, ini pasti ulahmu!” tuduh Tita kesal. Sementara Lucy yang dituduh hanya diam saja dan mengoletkan badannya.

Miauw,” Lucy mengeong. Ia tampak tak peduli dengan keriuhan yang terjadi di sekitarnya.

Lucy, cepat tunjukkan di mana kau sembunyikan barang-barang yang hilang itu!” perintah Bima tak sabar.

Lucy menatap Bima dengan jengkel. Dengan pelan Lucy meregangkan tubuhnya, lalu mulai berjalan ke arah rumah sebelah mereka.

Kau sembunyikan barang-barang itu di rumah Nek Prita? Lucy, kau kucing yang nakal!” komentar Tita.

Lucy terlihat tak peduli. Ia melewati pagar, lalu santai saja masuk ke dalam rumah Nek Prita melalui pintu yang terbuka. Kepergiannya diikuti Bima, Tita serta Ayah dan Ibu.

Nah, sudah selesai!”

Dari dalam rumah terdengar suara Nek Prita, diikuti tepuk tangan dan tawa senang seorang anak perempuan. Bima, Tita serta Ayah dan Ibu melongok ke dalam.

O-ow! Ternyata semua barang yang mereka cari ada di sana! Tapi bentuknya kini tak sama lagi seperti aslinya. Sarung tangan abu-abu yang dicari Ayah kini sudah berubah bentuk menjadi keluarga boneka sarung tangan. Bagian dalamnya diisi dakron dari guling kesayangan Bima yang kini berlubang. Sedangkan kain flanel dari kotak prakarya milik Tita sudah berubah menjadi telinga keluarga kucing. Sepasang mata kocak melengkapi muka masing-masing anggota keluarga kucing itu.

Ibu, sekarang aku punya boneka keluarga kucing!” seru Nita senang. Sebelumnya gadis kecil itu sudah melihat kedatangan keluarganya yang tiba-tiba.

Oh, halo semua,” sapa Nek Tita. ”Aku baru saja membuatkan keluarga boneka sarung tangan untuk Nita. Dia membawa barang-barang yang kubutuhkan, lalu memintaku untuk membuatkannya.”

Bagus kan?” seru Nita senang, sementara keluarganya terheran-heran. “Aku menemukan sepasang sarung tangan Ayah yang sudah kumal, jadi kupakai saja. Dan Kak Tita memberikan barang-barang yang kubutuhkan dari kotak prakarya itu kepadaku.”

Hei! Aku tidak memberikannya!” sergah Tita.

Kakak memberikannya padaku kok!” kata Nita bersikeras. ”Aku memintanya waktu Kakak hendak main ke rumah temannya, dan Kak Tita bilang iya.”

Tita terlihat malu. Ia ingat, waktu itu ia hendak bermain ke rumah Nana. Karena terburu-buru, ia tidak memperhatikan apa yang dikatakan Nita dan hanya berkata “ya”.

Kalau dakronnya, aku ambil dari guling Kak Bima yang berlubang. Aku menarik-nariknya sedikit, tapi yang kudapatkan banyak sekali!” kata Nita senang.

Nita, kau sangat nakal!” seru Bima kesal.

Oh, maafkan aku. Nita tidak salah. Aku tak bertanya padanya, darimana ia mendapatkan barang-barang ini dan langsung membuatkan boneka keinginannya. Aku minta maaf,” seru Nek Prita. Ia terlihat tak enak hati.

Ayah berusaha meredakan masalah. ”Sudah, tak semuanya salah Nita. Kita juga teledor dengan barang-barang milik kita,” kata Ayah. ”Terima kasih Nek Prita, sudah mau membuatkan boneka untuk Nita.”

Nek Prita tersenyum sementara Nita memandang muka Ayah dan Nek Prita bergantian. ”Jadi.. aku boleh memiliki boneka ini?” tanya Nita memastikan.

”Tentu saja,” jawab Ayah sambil mengangguk.

”Yei!” kata Nita sambil bersorak kegirangan.

Untunglah misteri hari itu terpecahkan. Di tengah keriuhan itu, Lucy meregangkan tubuhnya. Ia terlihat bosan.

Miaw!” Lucy mengeong, seakan ingin mengatakan, ”Sudah kubilang, bukan aku pelakunya kan?”


1 komentar:

 

Meet The Author

Inez Hapsari media & public relations enthusiast | children stories writer | jazz lover | I live to the fullest to be young and in love.