Hari Membawa Bekal Ke Sekolah

So, this is my fifth children stories which published in mass media. More precisely, it published at Kompas daily newspaper, Sunday, 24th September 2014. I was so happy because it was the first time that my creation published at Kompas. Until now, I has no idea about the criteria that Kompas uses to select some creation which sent to them.

Resume
This story tells about students at second grade of Elementary School who have to bring an "Empat Sehat Lima Sempurna" meal to school. Ami brings the meal, but her friend nudges Ami's lunchbox unconsciously. It makes the milk pours into the meal, so Ami can't eat any of it. The problem solves hen some friend try to help her by share their food. The accident makes the students learn about one important thing: the joy of sharing.

Idea
I got the idea when I had to bring an "Empat Sehat Lima Sempurna" meal to school. That time, I was on second grade of Elementary School. Unlike the others, my mom didn't gave me a box of milk. She mixed my daily milk: Dancow and Milo, then packed it using plastic. She didn't know, when I opened my lunchbox at school, the milk had poured into the rice, egg, etc. I was so shocked until I didn't know what I had to do. Then, when my classmates ate their meal happily, I was the only one who was at the faucet in front of my  class, tried to wash the food that left: the orange. This accident gave me a strong impression until now. That's why I decided to write it as a children stories. Of course, I added a happy ending to this story.


I tried to combine it using the old version of Photo Joiner so you can read it directly from the newspaper version, but it left some blank space in the middle 😞

***

Hari Membawa Bekal Ke Sekolah

Ami tak sabar menunggu esok hari. Minggu lalu Bu Tari mengumumkan tentang “Hari Membawa Bekal Ke Sekolah”. Semua anak diwajibkan membawa bekal berisi Empat Sehat Lima Sempurna. Tadi Ami sudah meminta Ibu mempersiapkan bekalnya. Kini ia tak sabar membayangkan bekal apa yang akan dibuat Ibu besok.

Bu, bekalnya tidak kelupaan kan?” tanya Ami keesokan harinya sebelum berangkat sekolah.

Tidak, sudah Ibu masukkan ke tas. Hati-hati membawanya ya,” pesan Ibu.

Ami pun berangkat ke sekolah dengan riang. Di kelas, sudah banyak teman-temannya yang datang. Mereka sibuk membandingkan bekal yang dibawa.

Ami, kamu bawa bekal apa? Lihat, Ibu membawakanku rendang dan oseng jamur,” kata Lia senang.

Ami mengangkat bahu. Ia sengaja tak mencari tahu masakan apa yang dibuat Ibu. Gadis kecil itu ingin mengetahuinya saat membuka bekalnya nanti.

Teng-teng-teng! Bel sekolah berbunyi, Bu Tari pun masuk ke kelas. Ia tersenyum melihat anak-anak yang sudah tak sabar menunggu saat memakan bekal.

Simpan dulu bekalnya, sekarang kita berdoa lalu mendengarkan cerita tamu Ibu.”

Wah, ternyata Bu Tari membawa tamu! Ia seorang pendongeng. Pak Ali namanya. Ia membawa sebuah panggung boneka dan beberapa buah boneka tangan. Saat bercerita, boneka tangan itu digunakannya. Cerita dan bertuturnya pun sangat menarik, Ami dan teman-teman jadi antusias memperhatikannya.

Setelah Pak Ali selesai bercerita, Bu Tari mengijinkan murid-murid membuka dan mulai memakan bekal yang mereka bawa. Mendengar itu, suasana menjadi gaduh. Anak-anak saling melirik bekal teman di kanan dan kirinya. Mereka tak lagi membandingkan, tapi saling bersaing tentang bekal siapa yang terbaik.

Ami diam saja melihat kelakuan teman-temannya. Ia berkonsentrasi pada bekal yang dibawa. Ibu benar-benar membuatkan masakan kesukaannya. Ada nasi merah, ayam goreng madu, ca brokoli dan jeruk. Susu coklat kesukaan Ami pun tak lupa ditaruh Ibu di botol tempat minum.

Saat Ami hendak makan, tiba-tiba.. Ups! Isi botol tempat minum itu tumpah karena tersenggol Andre. Tumpahannya masuk ke dalam bekal makan Ami. Gadis itu memandang nasi, lauk dan sayurnya yang kini bercampur susu dengan muka ngeri sementara Andre tak hentinya meminta maaf.

Percuma saja, sekarang bekal buatan Ibu tak bisa dimakan lagi,” pikir Ami sedih. Padahal ia sudah menungu-nunggu “Hari Membawa Bekal Ke Sekolah” ini sejak lama.

Bu Tari yang melihat kejadian itu membantu Ami membersihkan bekalnya. Ia juga meminta murid-murid yang lain untuk saling berbagi bekal. “Anak-anak, adakah di antara kalian yang mau berbaik hati membagi sedikit bekalnya pada Ami?” ucap Bu Tari lembut.

Murid-murid pun saling berpandangan. Ajaib! Mereka yang tadinya ribut dan saling bersaing bekal kini justru mau berbagi. Pelan-pelan mereka menuju ke meja Ami.

Aku punya satu piring plastik, pakai saja Ami! Oh ya, ini sendoknya,” kata Andra menawarkan.

Nasi yang kubawa kebanyakan, aku bagi ke kamu ya!” kata Dimas baik hati.

Nih, makan saja bola-bola ayamku. Masih ada banyak lagi di tempatku,” tawar Chika.

Aku bawa anggur dan jeruk. Aku bagi dua-duanya ke kamu ya. Tapi cuma bisa sedikit,” seru Mentari.

Aku bawa dua susu kotak, untukmu satu,” kata Bayu.

Aku tak suka buncis dan wortel, buat kamu saja!” kata Dimas.

Ami memberengut. Temannya ini memang selalu nakal. Sekarang ia cari-cari kesempatan untuk tak memakan sayur yang ia bawa. Ami meminggirkan piring plastiknya sehingga Dimas tak bisa menaruh kedua sayur itu. Bu Tari lalu ikut memberi Ami ca taoge, padahal Ami tak pernah suka makan taoge.

Tanpa terasa, jumlah makanan pemberian teman-teman Ami makin banyak. Padahal masing-masing hanya bisa memberi sedikit, tapi kini makanan-makanan itu mulai menumpuk. Jumlahnya hampir sama dengan bekal yang Ami bawa tadi. Ami lalu memakan makanan itu satu-satu, tapi..

 “Duh, bagaimana ini, aku kan tidak suka taoge. Tapi kalau tak kumakan, nanti Bu Tari tersinggung,” pikir Ami bingung.

Dengan terpaksa Ami memakan sayur itu. Ami mencampurnya dengan bola-bola daging pemberian Chika. Ia melahapnya cepat-cepat. Hmm, rasanya ternyata lumayan, tak seperti yang tadi Ami bayangkan.

Ami senang, karena susu coklat miliknya tumpah, ia jadi bisa belajar menghargai pemberian orang. Teman-temannya pun tak lagi egois dan bersaing bekal masing-masing, tapi justru belajar berbagi dan memberi. Hal itu membuat acara makan ini makin mengasyikkan bagi Ami.

0 komentar:

Post a Comment

 

Meet The Author

Inez Hapsari media & public relations enthusiast | children stories writer | jazz lover | I live to the fullest to be young and in love.