Kisah Para Pengangkut Sampah


Ini cerita tentang sampah, serta orang-orang yang mencari nafkah. Tiap pagi, mulai pukul 06.00 WIB, Surip dan Landhep, istrinya berkeliling dengan gerobak mereka. Gerobak itu pemberian Hanafi Rais, anak dari politisi Amien Rais. Dengan gerobak itu, mereka mengangkut sampah dari rumah warga lalu membawanya ke tempat pembuangan sementara (TPS).

Para pengangkut sampah yang lain sudah menunggu di TPS di samping Hartono Mall, Yogyakarta. Sambil menunggu, mereka berbincang hingga truk dari Dinas Pekerjaan Umum datang. Bila truk tiba, bahu-membahu mereka mendorong gerobak ke lantai atas lalu menuangkan sampahnya melewati lubang. Sementara para pengangkut sampah menuang, beberapa petugas masuk ke truk dan menginjak, supaya tersedia lebih banyak ruang untuk menampung sampah yang dituang.

Untuk tiap meter kubik sampah yang dibuang ke truk, Surip dan Landhep harus membayar Rp 40.000,00 di akhir bulan. Sementara pendapatan dari warga (secara pribadi maupun dikumpulkan secara kolektif melalui Ketua RT) tidak seberapa.

Tak mengapa, Surip dan Landhep tetap hidup bersahaja. Bersama Jujuk, anaknya, pasangan suami-istri ini tidka lelah menghidupi diri melalui prosesi sebagai pengangkut sampah. Seperti yang tertulis di belakang gerobak mereka, "Bagi Anda sampah, bagi kami berkah."

INEZ CHRISTYASTUTI HAPSARI, DESEMBER 2014. 






Tiap hari, mulai dari area sekitar Terminal Condong Catur, Surip dan Landhep, istrinya bahu membahu mengangkut sampah. Profesi sebagai pengangkut sampah ini telah mereka jalani selama puluhan tahun.



Sambil menunggu truk pengangkut sampah milik pemerintah datang, Surip berbincang dengan Nina, rekannya. Meski tidak berprofesi sebagai pengangkut sampah, tapi Nina selalu datang ke tempat pembuangan sementara (TPS) untuk mencari sampah organik. Sampah itu ia gunakan untuk memberi makan lele di kolam rumahnya. 



Papan kardus ini menjadi penanda jumlah sampah yang dikumpulkan. tiap hari, Sumirjo, sang ketua kelompok pengangkut sampah, mencatatnya di kertas miliknya serta papan kardus itu.



Dua kali dalam sehari, truk pengangkut sampah milik pemerintah datang ke tempat pembuangan sampah sementara (TPS) ini. Beberapa sampah telah dipilah menjadi sampah plastik dan organik. Sampah plastik ini dapat dijual kembali, sedangkan sampah organik umumnya dipakai sebagai makanan ikan. 




Para pengangkut sampah ini bahu-membahu mendorong gerobak sampah milik anggota kelompok mereka ke lantai atas lalu menuangkan isinya ke truk sampah. Di pojok ruangan itu ada sebuah lubang di dinding untuk menuang sampah ke bawah.



Saat para pengangkut sampah menuang, sejumlah petugas yang berada di bak truk meratakan isinya, supaya tersedia lebih banyak ruang untuk menampung sampah. Hanya para petugas ini yang mengenakan boot, sedangkan sisanya, seperti para pengangkut sampah, umumnya bertelanjang kaki maupun mengenakan sandal. 



Lelah bekerja, Surip beristirahat dan menyenangkan diri dengan rokoknya. Setelah pekerjaan pagi itu usai, ia dan Landhep, istrinya, akan berkeliling lagi ke area sekitar Casa Grande, sebuah perumahan elit di ring road utara Yogyakarta, untuk mengangkut sampah.



Dari kiri ke kanan: Landhep, Jujuk (anak mereka) dan Surip. Selama puluhan tahun, keluarga ini tak lelah mengais rejeki dari sampah.

0 komentar:

Post a Comment

 

Meet The Author

Inez Hapsari media & public relations enthusiast | children stories writer | jazz lover | I live to the fullest to be young and in love.